Seri Cerita yang Tidak Terlalu Penting Tapi (Semoga) Sulit Dilupakan
Tapi Moka punya satu kebiasaan aneh, dia tidak suka dibelai.
Setiap kali ada tangan manusia mendekat, Moka akan menatap dengan pandangan “please deh, hargai privacy saya”.
Kadang Moka hanya menyingkir pelan, kadang dia hanya menatap lamaaaa sekali sampai manusia itu merasa bersalah sendiri.
“Dasar kucing sombong,” kata orang-orang. Padahal Moka tidak sombong, hanya… selektif.
Baginya, belaian itu bukan tanda sayang, tapi semacam kebiasaan sosial yang tidak dia sepakati.
“Kenapa sih kalian manusia suka nyelonong, menyentuh sesuatu yang tidak minta disentuh misalnya?” pikir Moka.
Ia suka manusia yang tenang, yang bisa duduk diam di sofa tanpa suara ‘duh lucu amaaaat' setiap dua menit.
Lucunya, semakin Moka menolak, semakin banyak orang yang ingin membelainya.
Sampai suatu hari datang seorang anak kecil, dia tidak banyak bicara, hanya duduk di lantai sambil membaca buku cerita bergambar.
Moka mendekat, mencium aroma kertas dan krayon, lalu rebahan di sebelahnya. Tidak ada tangan yang datang mengelus, tidak ada suara tinggi yang memanggil, pun tidak ada gerakan tangan mengusirnya. Hanya keheningan yang nyaman.
Lama-lama Moka mengeluarkan dengkuran kecil. Anak itu menatapnya sebentar dan tersenyum, lalu kembali ke bukunya.
Tidak ada belaian, tapi Moka tahu ada rasa diterima oleh anak itu.
Dan sejak hari itu, Moka mulai menantikan anak itu datang, dan menghabiskan waktu bersama, karena mungkin kasih sayang bukan tentang diberi perhatian berlebihan seperti dibelai-belai terus, tapi tentang diberi ruang untuk menikmati momen hening bersama.
Catatan kecil: Kadang orang (dan kucing) tidak butuh pelukan. Mereka hanya butuh tahu, bahwa kehadirannya saja sudah cukup memberi nyaman, tanpa harus dibelai setiap kali.

No comments:
Post a Comment