Seri Cerita dari Majalah Bobo yang Menempel di Kepala
Suatu hari, Bu Rani meminta tolong dua anak tetangganya, Rafi dan Sita, untuk membantu membersihkan rumahnya yang sudah lama tidak ditinggali. Rumah itu besar dan berdebu, tapi Bu Rani berkata dengan lembut, “Tolong bersihkan sebaik-baiknya, ya. Aku tidak punya apa-apa untuk diberikan, tapi aku sangat berterima kasih jika kalian mau membantu.”
Rafi dan Sita mengangguk. Tapi dalam hati, Rafi berpikir, “Pasti nanti aku akan diberi uang. Kalau begitu, tak perlu terlalu repot.”
Rafi menyapu lantai sekadarnya, hanya bagian yang terlihat kotor. Ia menepuk-nepuk bantal tapi tidak menjemurnya. Ia bahkan menyeka meja tanpa mengangkat taplaknya.
“Sudah cukup bersih,” katanya sambil duduk beristirahat.
Sementara itu, Sita bekerja pelan tapi teliti. Ia menggulung taplak, mengelap meja sampai berkilau, menjemur bantal di bawah matahari, dan mengibas gorden yang penuh debu. Ketika sedang membersihkan, ia menemukan uang kertas terselip di bawah vas bunga, koin di balik bantal, dan beberapa lembar lagi di antara halaman buku tua.
Sita mengumpulkan semuanya dan menyerahkannya kepada Bu Rani.
“Bu, saya menemukan uang ini waktu membersihkan. Mungkin uang Ibu dulu yang lupa disimpan,” katanya jujur.
Bu Rani tersenyum lebar.
“Sita, uang itu memang milikmu. Itu upah bagi anak yang membersihkan rumah dengan hati, bukan sekadar tangan.”
Rafi tertegun. Ia menunduk malu.
Sejak hari itu, ia belajar bahwa bekerja dengan sungguh-sungguh tidak hanya membuat tempat jadi bersih, tapi juga hati sendiri.
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/8303580558835710/

No comments:
Post a Comment