Cerita klasik dengan nuansa sufistik atau moral spiritual ini dikenal dalam berbagai versi rakyat Asia Selatan atau Timur Tengah, tentang orang yang ingin ikut masuk surga tanpa berusaha sendiri, misalnya dengan berpegangan pada ekor gajah suci atau mengandalkan amal orang lain.
Di sebuah desa, hidup seorang lelaki yang sangat ingin masuk surga. Tapi ia tidak suka berbuat baik. Ia jarang membantu orang, tidak mau bersedekah, dan sering mengeluh, “Berbuat baik itu susah, aku takut tidak cukup amal.”
Suatu hari, terdengar kabar bahwa seekor gajah suci dari kuil akan terbang ke surga karena perbuatannya yang mulia. Orang-orang berbisik bahwa siapa pun yang memegang ekor gajah itu saat ia naik, akan ikut terbawa ke surga juga.
Lelaki itu sangat senang. “Ah, ini kesempatan! Aku tidak perlu susah payah beramal, cukup pegang ekor gajah saja!” katanya sambil tersenyum licik.
Hari itu, saat gajah mulai terangkat ke langit, ia cepat-cepat berlari dan memegang ekornya erat-erat. Tapi ternyata bukan dia saja yang berpikir begitu! Orang-orang lain pun berlari, saling berebut, bergelantungan di ekor gajah.
Karena terlalu banyak yang bergantung, ekor gajah tertarik ke bawah. Gajah itu berusaha keras mengepakkan telinganya, tapi tidak bisa naik. Ia menatap ke bawah dan berkata,
“Teman-teman, kalau ingin ke surga, jangan hanya bergantung padaku. Terbanglah dengan kebaikanmu sendiri.”
Perlahan-lahan semua melepaskan diri. Gajah itu pun naik tinggi, menghilang di balik awan. Lelaki itu duduk di tanah, menatap langit dengan wajah malu.
Sejak hari itu, ia mulai berubah. Ia belajar memberi, menolong, dan bekerja jujur. “Mungkin aku tak bisa ikut gajah itu,” katanya, “tapi kalau aku berbuat baik sungguh-sungguh, siapa tahu aku bisa menemukan surga dengan caraku sendiri.”
Sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/57069120274570815/

No comments:
Post a Comment