Wednesday, November 12, 2025

Cerita Kenangan 2: Celana Pak Darto

Seri Cerita dari Majalah Bobo yang Menempel di Kepala


Pak Darto adalah seorang penjahit yang tinggal bersama istri dan dua anak remajanya, Rara dan Bima. Suatu sore, Pak Darto mencoba celana panjangnya yang sudah lama disimpan di lemari.

“Aduh, terlalu panjang ya,” katanya sambil tertawa. “Sekarang sudah tidak musim celana dilipat bawahnya. Sepertinya perlu dipotong lima sentimeter saja.”

Tapi hari itu ia sudah lelah menjahit pesanan pelanggan. “Nanti malam saja, kalau sempat,” gumamnya sambil menaruh celana itu di kursi.

Namun malamnya Pak Darto keburu mengantuk. Ia pun berkata pada istrinya, “Bu, tolong kalau sempat, potong celana itu ya, lima sentimeter.”

Istrinya mengangguk, tapi malam itu ia sibuk menyiapkan pesanan kue, jadi lupa.

Pagi harinya, Rara melihat celana ayahnya di kursi. “Oh, ini pasti yang mau dipotong, Ibu masih sibuk jadi belum sempat.” pikirnya. Rara mendengar ucapan ayahnya semalam dan ia sudah cukup mahir menjahit. Ia pun mengambil gunting dan memotong bagian bawah celana lima sentimeter.

Sore harinya, barulah Ibu Darto yang ingat pesan suaminya. Tanpa tahu bahwa Rara sudah melakukannya, ia pun memotong lagi lima sentimeter.

Tak lama kemudian, Bima pulang dari bermain dan melihat celana tersebut tersampir di kursi depan mesin jahit. Ia mendengar ayahnya pernah bilang celananya kepanjangan dan menyimpulkan jika celana tersebut belum dilipat berarti belum dikerjakan. Bima baru belajar menjahit maka ia berpikir, “Wah, bantu ayah sambil praktek ah!” katanya bersemangat. Ia pun memotong lagi lima sentimeter.

Ketika malam tiba, Pak Darto akhirnya punya waktu untuk memperbaiki celananya sendiri. Ia melihat celana tersebut masih di meja mesin jahit, lagipula tidak ada yang mengatakan jika celana tersebut sudah dipotong maka ia tidak tahu kalau suda ada tiga orang yang lebih dulu memotongnya. Dengan hati-hati, ia memotong... lima sentimeter lagi.

Keesokan paginya, saat Pak Darto mencoba celananya, ia tertegun. Lalu keluar kamar dan berkata pada semua anggota keluarga yang sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan.
“Lho... kok jadi celana komprang?”

Satu rumah terdiam sejenak, lalu mereka semua tertawa sampai keluar air mata.

Pak Darto langsung menyadari apa yang terjadi. “Lain kali,” kata Pak Darto sambil tersenyum, “kita harus saling bilang kalau sudah membantu, ya. Kalau tidak, hasilnya bisa jadi begini!”


No comments:

Post a Comment