Tuesday, November 18, 2025

Cerita Kenangan 8: Pangeran Ginseng

Cerita Pangeran Ginseng (kadang disebut juga The Ginseng Prince atau Ren Shen Gong Zi / 人参公子) berasal dari tradisi rakyat Tiongkok Timur Laut dan Korea, dan tergolong dongeng spiritual tentang alam, kehidupan, dan rasa hormat pada tanaman obat yang dianggap sakral.

Asal-usul Cerita Pangeran Ginseng

Dalam kepercayaan rakyat Tiongkok dan Korea, ginseng dianggap tanaman yang “hampir seperti manusia.” Akarnya sering berbentuk menyerupai tubuh manusia, dan dipercaya memiliki roh hidup di dalamnya. Dikisahkan, jika akar ginseng sudah berusia ratusan tahun, ia bisa berubah menjadi makhluk hidup, seorang pemuda tampan atau anak kecil berhati suci, disebutlah dia Pangeran Ginseng, roh penjaga gunung dan kehidupan.

Cerita ini sering digunakan untuk mengajarkan rasa hormat pada alam dan bahaya keserakahan manusia yang ingin mengambil sesuatu tanpa izin bumi.

Di kaki Gunung Changbai, tumbuh pohon-pohon pinus tua yang menatap langit, dan di bawahnya, di antara kabut lembab dan lumut hijau, hidup akar ginseng tertua di dunia. Orang-orang menyebutnya Ren Shen Gong Zi, Pangeran Ginseng.

Katanya, ia berwujud pemuda berkulit pucat seperti akar muda, bermata jernih seperti embun pagi. Ia hanya muncul ketika bulan purnama bersinar dan suara dunia menjadi hening.

Suatu malam, seorang pemburu miskin bernama Han mendengar kabar bahwa akar ginseng tua bisa dijual mahal di pasar. Ia masuk ke hutan, membawa sekop dan lentera. 

Di tengah kabut, ia melihat sinar lembut, dan di sana berdiri seorang pemuda tampan yang tersenyum padanya.

“Tuan, apakah kau mencari sesuatu?” tanya pemuda itu.

“Aku mencari akar ginseng. Katanya bisa menyembuhkan segala penyakit,” jawab Han jujur.

Pemuda itu menatapnya lama, lalu berkata, “Kalau begitu, ambillah aku.”

Han terkejut. “Kau...?”

Pemuda itu tersenyum lagi, dan tubuhnya perlahan berubah menjadi akar ginseng besar yang berdenyut pelan, seolah masih bernapas.

Han memegang sekopnya, tapi tangannya bergetar. Dalam keheningan malam, ia mendengar desir daun seperti bisikan:

“Jika kau mencabutku karena cinta, aku akan menjadi obat. Tapi jika karena tamak, aku akan menjadi racun.”

Air mata Han menetes. Ia meletakkan sekopnya, menunduk, dan berbisik,

“Aku datang karena ingin hidup, tapi aku baru sadar, kau pun hidup.”

Ia menutup kembali tanah di sekitar akar itu, lalu pulang tanpa membawa apa-apa.

Keesokan paginya, di depan rumahnya, tumbuh sebatang tanaman ginseng kecil, berakar kuat dan berdaun hijau segar. Han merawatnya dengan hati-hati, dan sejak saat itu, setiap orang sakit yang datang padanya sembuh setelah meminum air rebusan daun itu.

Orang-orang berkata, “Pangeran Ginseng memberi berkah, bukan pada tangan yang menggali, tapi pada hati yang menahan diri.”


Sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/644788871691734095/

No comments:

Post a Comment