Wednesday, November 5, 2025

Cerita Bikinanku 5: Si Paling Aku

Seri Cerita yang Tidak Terlalu Penting Tapi (Semoga) Sulit Dilupakan 


Di Sekolah Karang Laut, semua ikan kecil tahu siapa murid yang paling percaya diri.
Namanya Koral, seekor ikan karang yang selalu ingin jadi yang paling hebat.
Teman-temannya memanggilnya “Si Paling Aku.”

Setiap kali Guru Penyu bertanya, Koral langsung melambaikan siripnya,
“Aku tahu jawabannya, Guru!”
“Aku bisa, Guru!”
“Aku sudah selesai, Guru!”

Dan memang, Koral pintar menghitung gelembung arus. Ia bisa menjumlah dan mengalikan sebelum teman-temannya sempat mengibaskan ekor.


Suatu hari, Guru Penyu mengumumkan,

“Minggu depan, kita akan ikut Lomba Hitung Antar Terumbu Karang. Guru akan memilih satu wakil dari kelas ini.”

Koral langsung menegakkan siripnya.
“Pasti aku kan, Guru?”

Guru Penyu tersenyum lembut.
“Kita lihat nanti, Koral. Guru tidak hanya menilai siapa yang cepat, tapi juga siapa yang punya cara berpikir paling bijak.”

Beberapa hari kemudian, pengumuman pun tiba.
“Yang akan mewakili sekolah adalah… Mira si Ikan Badut!

Seluruh kelas bertepuk sirip, kecuali satu ikan, Koral.
“Kenapa Mira, Guru? Nilainya sering di bawah aku!”

Guru Penyu menjawab tenang,
“Mira tidak hanya menjawab benar, tapi juga menemukan cara lain untuk sampai ke jawaban. Dalam lomba, yang dicari bukan hanya hasil, tapi juga cara berpikirnya.”

Koral mendengus, membuat gelembung kecil keluar dari mulutnya.
“Ah, paling juga nanti Mira bingung di soal yang susah.”

Hari lomba pun tiba.
Ternyata, Mira berhasil membawa piala juara dua!
Semua ikan bersorak, dan Koral berpura-pura tersenyum. Tapi di hatinya, muncul rasa kesal dan iri.
“Mira cuma beruntung,” gumamnya sambil berenang menjauh.

Beberapa hari kemudian, Guru Penyu memberi kuis.
Soalnya kali ini tentang kerang:

“Seekor kepiting punya 20 kerang. Ia ingin membaginya menjadi tumpukan seperempat kerang per tumpuk. Akan ada berapa tumpukan?”

Koral dengan cepat menulis di pasir laut: 5 tumpukan!
Sedangkan Mira berenang pelan, menggambar perhitungan di pasir, lalu menulis 80 tumpukan.

Saat Guru Penyu membacakan jawaban yang benar, Koral melotot.
“Lho?! Kok bisa?”

Guru Penyu tersenyum,
“Koral, kamu lupa. Membagi dengan seperempat artinya sama seperti mengalikan dengan empat. Jadi hasilnya justru lebih banyak.”

Seluruh ikan menahan tawa gelembung.
Pipi Koral berubah agak merah muda, malu. Tapi kali ini ia tidak marah.

Ia menunduk dan berkata pelan,
“Ternyata cepat belum tentu benar, ya, Guru.”

Guru Penyu menepuk lembut punggung Koral dengan siripnya.
“Benar, Nak. Pintar itu bukan siapa paling dulu tahu, tapi siapa yang mau terus belajar.”

Sejak hari itu, teman-temannya jarang lagi memanggilnya “Si Paling Aku.”
Sekarang, Koral lebih sering berkata,
“Mira, boleh aku belajar bareng kamu?”

Dan sejak itu, sekolah karang terasa lebih damai, tanpa “si paling” yang selalu ingin lebih dari semua.

No comments:

Post a Comment