Sunday, November 9, 2025

Cerita Bikinanku 9: Cita-cita Keripik Kentang

Seri Cerita yang Tidak Terlalu Penting Tapi (Semoga) Sulit Dilupakan 


Di dalam sebuah toples tabung di rak minimarket, tinggalah selembar keripik kentang bernama Kenta. Ia renyah, berbentuk bulat sedikit melengkung, dan punya warna kuning keemasan yang menggoda.
 
Kenta punya cita-cita yang agak aneh untuk ukuran keripik, “Aku ingin jadi makanan restoran mewah!” katanya bangga.

Teman-temannya di toples tertawa. “Restoran? Kamu ini lucu! Kita ini kan cuma cemilan!” kata si keripik asin.

“Kita dimakan sambil nonton film, bukan dihidangkan di piring mahal,” tambah yang lain. Tapi Kenta tak mau menyerah.

Setiap malam, saat toko tutup, ia berlatih berpose seperti makanan mahal, bergaya seperti steak, tersenyum seperti spaghetti, dan menunduk elegan seperti sushi.

Sampai suatu hari, rak tempatnya dipajang rubuh, toples tempatnya tinggal selama ini jatuh dan tertimpa rak. Semua keripik berhamburan. Kenta terhempas, melayang ke lantai, lalu terguling ke luar toko, tepat di dekat restoran kecil di sebelahnya.

Dari jendela, Kenta melihat koki yang sedang menata piring dengan teliti. Ada kentang tumbuk, daging panggang, dan saus kental yang mengilap.

“Ini kesempatan besar!” pikir Kenta. Ia merangkak (sebisanya keripik) ke dalam restoran.
Namun, saat ia sampai di dapur, seorang pelayan berseru, “Wah! Ada keripik di lantai!”

Tanpa pikir panjang, pelayan itu mengambilnya dan akan membuangnya ke tempat sampah, namun ada yang memanggilnya dan teralihkan, pelayan itu urung dan menaruh Kenta di sudut meja begitu saja.

Kenta sedih. “Mungkin mereka benar… aku cuma camilan biasa.”

Tapi saat itu, seorang anak kecil di meja restoran menunjuknya, “Ibu, lihat! Ada keripik kentang kesukaanku! Boleh aku tambahkan di atas kentang tumbukku?”

Sang koki melihat ide itu, tersenyum, dan menaruh Kenta di atas hidangan, sebagai topping.

Pelanggan lain yang melihat berkata, “Wah, ide brilian! Kentang tumbuknya diberi topping keripik kentang!”

Di piring itu, Kenta berpose dan tersenyum bangga. Akhirnya ia dimakan orang bukan sebagai cemilan semata. Ia memang bukan makanan utama, tapi kehadirannya membuat hidangan jadi lebih istimewa.

No comments:

Post a Comment