Monday, November 17, 2025

Cerita Kenangan 7: Harta di Setang Sepeda

Seri Cerita dari Majalah Bobo yang Menempel di Kepala


Kakek Arman dan Nenek Sari sudah lama hidup berdua di rumah kecil di pinggir kota. Dulu, mereka punya toko kelontong, tapi sekarang tubuh sudah renta dan penglihatan mulai kabur. Untuk ke pasar, Kakek selalu naik sepeda tuanya, sepeda hitam yang sudah kusam tapi penuh kenangan.

Suatu sore, Nenek berkata pelan, “Keadaan kita makin sulit, Kek. Mungkin sepeda itu bisa dijual. Lumayan untuk beli beras.”

Kakek mengangguk. Sepeda itu memang sudah lama tak dipakai. Rodanya kempis, catnya mengelupas. Tapi, siapa yang mau membeli sepeda tua seperti itu?


Keesokan harinya, Kakek mencoba mengayuhnya sebentar ke bengkel. Baru beberapa meter berjalan, sepeda oleng dan, brak! Kakek terjatuh. Untung saja tidak luka parah. Tapi saat memungut setangnya yang bengkok, Kakek terkejut. Di dalam pipa setang yang retak, tampak sesuatu berkilau.

Dengan hati-hati, Kakek membuka ujung setang itu. Ternyata di dalamnya ada bungkus kain kecil berisi beberapa cincin dan kalung emas!

Nenek Sari menatapnya dengan mata basah. “Ya ampun... itu perhiasan yang dulu kita simpan. Aku lupa, kita sembunyikan di situ!”

Keduanya tertawa dan menangis bersamaan. Sepeda tua itu, yang tadinya hendak dijual karena kemiskinan, justru menyelamatkan mereka dari kesulitan.

Sejak hari itu, sepeda itu tak jadi dijual. Kakek membersihkannya, mengecatnya lagi, dan meletakkannya di depan rumah.

“Sepeda ini,” kata Kakek, “saksi hidup bahwa kebaikan dan kesabaran selalu punya cara untuk kembali.”


Sumber gambar https://id.pinterest.com/pin/362821313727209687/

No comments:

Post a Comment