Wednesday, June 17, 2015

My "Favorite" Disease

Penyakit...ada 2 macem. Menular dan Penyakit Tidak Menular (PTM).

Kalau penyakit menular trus sampe jadi wabah, ya...ada hal-hal yang di luar kemampuan kita buat ngendaliin. Menyebar karena virus atau bakteri atau parasit apapun.

Kalo tidak menular? Apalagi kalo karena lifstyle? A-ah! Agak susah dimengerti. So, my "favorite" disease would be Tobacco related diseases.

Ga bermaksud bilang bahwa saya punya gaya hidup yang sehat atau gimana gitu. Tapi seenggaknya untuk yang tinggi faktor risikonya, I'm trying. I'm not smoking, drinking alcohol, eating too much junk food, dst. Dan kalau ada orang yang karena mau enaknya, karena lifestyle-nya, dengan sadar diteruskan habit jeleknya sampe mengundang penyakit, yang pada ujungnya menjadi burden bagi diri sendiri, dan orang lain (fiuh...maaf kebanyakan koma). I would call it selfish. If you are as selfish as your hobby, why don't you just be selfish with the disease - by keep it by your self.

Kalo mau merujuk data, gini nih: 

Menurut data Global Adult Tobacco Survey (GATS) melaporkan bahwa Indonesia adalah jumlah terbesar ketiga perokok laki-laki (setelah China dan India) dan ke-17 untuk perokok wanita. Hasil dari Riskesdas menunjukkan bahwa sebagian besar dari dua belas penyebab utama PTM di Indonesia terkait dengan tembakau. Tahun 2011, 67,4% pria dan 4,5% wanita yang artinya 36,1% (61,4 juta) dari total populasi Indonesia saat menggunakan tembakau. Merokok adalah bentuk utama dari penggunaan tembakau, dan 34,8% (59,9 juta) dari populasi orang dewasa saat ini merokok tembakau. Prevalensi merokok adalah 67% di antara laki-laki dan 2,7% di kalangan wanita

Dari data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) fact sheet jumlah perokok tembakau di kalangan kaum muda (usia 13-15 tahun) adalah 18,3%.


Kalau ngomongin tembakau rasanya ga ada habisnya, ya dari penyakit yang ditimbulkan buat perokoknya, buat perokok pasif, industri rokok yang kaya mafia, culture soal merokok, dampak lingkungan, banyak!

Sampe bingung mesti nulis darimana saking banyaknya yang pengen diomongin, cuma tau ga sih, Indonesia adalah satu2 nya negara di Asia Pasifik yang belum nandatanganin Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)? Ini karena negara takut kehilangan pajak dan lapangan kerja buat petani tembakau. Padahal pajak yang dihasilkan dari industri rokok ga balik modal buat bayarin BPJS-nya orang2 yang sakit karena ditimbulkan tembakau. Trus bertani tembakau juga untungnya ga lebih besar daripada bertani tanaman lain, soalnya yang untung ya tengkulaknya bukan petaninya.

Udah...udah....(tarik nafas Dewi!) tar bakal kebanyakan yang diomongin. Intinya, rokok jelek buat kesehatan (juga kantong, juga lingkungan, juga penampilan -serius, masa ga terganggu sih sama bau badan dan bau mulut perokok?). Cuma mau bilang gini, orang yang tidak mau berhenti merokok adalah orang yang selfish dan ga tau caranya berkorban untuk rasa sayang. Milih merokok terus dan bagi2 penyakit buat keluarga (orang tua, anak, istri/suami, sodara), dan teman2. I mean....serously, if our life is not important enough for them to stop their bad behaviour, what are we then?

I know, menyayangi adalah menerima orang apa adanya, apalagi kalo itu orang tua, sodara, anak, pasangan. We should take it no granted. Tapi ya....rasanya tetep sakit gitu, tau orang itu lebih memilih orang lain ikut kena getahnya daripada dirinya berusaha (menderita) dalam usaha berhenti kecanduan. Padahal biasanya orang2 terdekatlah yang support segalanya.

Kebayang ga sih saya ngomong ini pake urat? Haha...udah deh, cuma berharap aja makin lama orang makin sadar dan teredukasi soal dampak tembakau. Lebih menghargai dan menyayangi diri sendiri dan orang lain juga. Men sana in corpore sano! Usaha di sini terbayar di sono.

Eniwei, link Tobacco Atlas juga menarik lho buat dibaca2 seputar tembakau.


No comments:

Post a Comment