Jika disuruh memilih pekerjaan rumah, saya langsung tahu jawabannya: setrika. Entah kenapa, dari semua urusan domestik, cuma menyetrika yang bisa saya nikmati betul. Ada kepuasan tersendiri ketika menyentuh kain yang bersih dan harum, lalu menyusurkan setrika secara perlahan di atas permukaan kain yang kusut. Sret... halus, rapi, hangat. Belum lagi melihat gundukan yang tak beraturan berubah menjadi barisan pakaian yang rapi. Rasanya seperti mengembalikan ketenangan ke dunia ini.
Ironisnya, banyak orang justru bilang mereka paling tidak suka ironing. (Hei, saya pakai permainan kata di sini, ironis-ironing, keren kan?). Katanya sih menyetrika itu membosankan, panas, lama, monoton, dan bikin pegal. Mereka lebih senang mencuci karena seru bisa main air dan sabun. Saya sih sebaliknya, bagi saya, mencuci itu justru tidak menyenangkan. Harus menyentuh sabun yang lengket, panas di tangan, dan basah. Bahasa Sundanya sih, rujit. Saya kurang suka walaupun menggunakan mesin cuci, karena tetap saja pada bagian akhir mencuci ada kegiatan menyentuh cucian setengah kering sebelum dijemur.
Kalau dipikir, mungkin ini memang soal kepribadian. Dalam teori psikologi, katanya orang yang suka kegiatan merapikan dan detail biasanya punya sifat conscientious, mereka suka keteraturan dan merasa puas kalau sesuatu berubah menjadi lebih baik. Apalagi jika outputnya nyata. Mungkin itu sebabnya saya senang melihat yang kusut jadi licin, yang berantakan menjadi tertata. Sementara teman-teman yang lebih suka mencuci mungkin tipe yang menikmati proses motorik, suka sensasi air, busa, dan gerakan. Sama-sama pekerjaan rumah, tapi yang dicari berbeda, satu mencari ketenangan, satu lagi mencari kesegaran.
Mungkin, menyetrika terasa menyenangkan bagi saya karena saat menyetrika itu saya masuk ke mode flow (istilah dari psikolog Mihaly Csikszentmihalyi untuk menggambarkan keadaan ketika seseorang tenggelam dalam aktivitas yang ia nikmati sampai lupa waktu). Pikiran saya menjadi tenang, gerakan terasa otomatis, dan hasilnya memuaskan. Hampir semua sensori saya teraktivasi, mata melihat sesuatu yang kusut menjadi licin, hidung mencium aroma kain yang bersih dan harum, telinga mendegar ssstt... saat setrika panas menyentuh kain setelah disemprot spray pelicin, dan kulit, meraba permukaan kain yang terasa hangat.
Bagi saya, setrika bukan sekadar pekerjaan rumah, tapi juga semacam me time, yang saya rindukan sepanjang weekdays. Saat menyetrika saya bisa santai, tidak terburu-buru, fokus, sambil membiarkan pikiran berjalan pelan. Ada sesuatu yang menenangkan dari proses menyetrika, mungkin karena di saat yang sama, kepala saya juga ikut terasa lebih rapi. Dan di dunia yang sering terasa semrawut, beberapa potong pakaian yang selesai disetrika kadang terasa cukup membuat hari terasa baik-baik saja.
Ya Tuhan, saya memang se-nerdy dan se-membosankan itu, bicara soal menyetrika saja saya bisa sampai beberapa paragraf. Ok cukup sekian dan terima kasih.
No comments:
Post a Comment