Hip...hip hurray...sebentar lagi lebaran.
Mau cerita soal tradisi lebaran keluarga ya...biasanya keluarga saya berlebaran di rumah nenek saya atau hanya di rumah orang tua saya di Purwakarta.
Mau dimanapun tempatnya, biasanya Ibu saya memasak lontong dan atau tepo (kami kurang suka ketupat karena teksturnya ketupat kurang lembut), opor ayam, sambal goreng kentang. Side menunya suka berbeda2, kadang rendang, atau terik sapi atau ayam goreng aja. Yang juga tidak ketinggalan biasanya ada berbagai macam kerupuk. Keluarga saya agak gragas sama kerupuk.
Untuk adik saya yang kurang suka opor, Ibu saya suka menyediakan tahu goreng, toge matang dan sambel kacang untuk dibuat tepo tahu.
Mungkin buat sebagian orang suka bilang masakan Ibu saya itu adem, karena biasanya dianggap kurang gurih (tidak pakai MSG) dan tidak pedas. Tapi buat kami, rasanya paling enak sedunia. Karena memang lidah kami sudah terbiasa dengan masakan Ibu.
Biasanya kami makan setelah selesai sholat Ied di masjid dekat rumah, sampai rumah trus sungkeman dengan keluarga besar dan makan.
Setelah makan, baru deh ngider ke tetangga2 buat maaf2an.
Untuk kue lebaran, sudah sejak lama Ibu saya tidak membuat kue sendiri, karena males ribet. Jadi sudah sekitar 7 tahun belakangan ini kue lebaran kami beli dari kerabat teman kantor kakak saya yang (cenah) mantan koki bintang 5 dan kemudian bikin usaha sendiri. Kue2nya biasanya kastengel, lidah kucing, sagu keju dan putri salju.
Side snacknya biasanya kacang bawang/mete, keripik bawang (kesukaan saya), rengginang (kesukaan kakak saya), tape ketan dan jadah (jawa)/uli (sunda) bikinan nenek saya, dan permen2. Trus snack2 kalengan gitu semacamAstor kue semprong coklat atau kue Danish yang kalengnya bulet biru itu lho. Kalo lg ga males bikinnya kadang suka ada kue bolu dan sipulut.
Menurut saya lebaran tidak hanya indah karena makna Idul Fitri sebagai hari kemenangan, tapi juga kebersamaan dan tradisi keluarga yang telah tertanam sejak kecil.
Mau cerita soal tradisi lebaran keluarga ya...biasanya keluarga saya berlebaran di rumah nenek saya atau hanya di rumah orang tua saya di Purwakarta.
Mau dimanapun tempatnya, biasanya Ibu saya memasak lontong dan atau tepo (kami kurang suka ketupat karena teksturnya ketupat kurang lembut), opor ayam, sambal goreng kentang. Side menunya suka berbeda2, kadang rendang, atau terik sapi atau ayam goreng aja. Yang juga tidak ketinggalan biasanya ada berbagai macam kerupuk. Keluarga saya agak gragas sama kerupuk.
Untuk adik saya yang kurang suka opor, Ibu saya suka menyediakan tahu goreng, toge matang dan sambel kacang untuk dibuat tepo tahu.
Mungkin buat sebagian orang suka bilang masakan Ibu saya itu adem, karena biasanya dianggap kurang gurih (tidak pakai MSG) dan tidak pedas. Tapi buat kami, rasanya paling enak sedunia. Karena memang lidah kami sudah terbiasa dengan masakan Ibu.
Biasanya kami makan setelah selesai sholat Ied di masjid dekat rumah, sampai rumah trus sungkeman dengan keluarga besar dan makan.
Setelah makan, baru deh ngider ke tetangga2 buat maaf2an.
Untuk kue lebaran, sudah sejak lama Ibu saya tidak membuat kue sendiri, karena males ribet. Jadi sudah sekitar 7 tahun belakangan ini kue lebaran kami beli dari kerabat teman kantor kakak saya yang (cenah) mantan koki bintang 5 dan kemudian bikin usaha sendiri. Kue2nya biasanya kastengel, lidah kucing, sagu keju dan putri salju.
Side snacknya biasanya kacang bawang/mete, keripik bawang (kesukaan saya), rengginang (kesukaan kakak saya), tape ketan dan jadah (jawa)/uli (sunda) bikinan nenek saya, dan permen2. Trus snack2 kalengan gitu semacam
Menurut saya lebaran tidak hanya indah karena makna Idul Fitri sebagai hari kemenangan, tapi juga kebersamaan dan tradisi keluarga yang telah tertanam sejak kecil.
No comments:
Post a Comment