Friday, July 10, 2015

Style for Idul Fitri

Saya belum pernah merayakan Idul Fitri di negara lain. Seumur hidup saya selalu berlebaran di Indonesia.


Salah satu tradisi yang tidak berubah di Indonesia ketika lebaran sejak saya kecil adalah baju baru untuk lebaran.

Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya punya baju baru untuk lebaran, mungkin ketika saya SMA, tapi sebelum2nya, terutama ketika saya masih SD, saya selalu dibelikan baju baru untuk lebaran.

Minggu lalu saya ke sebuah pertokoan busana Muslim untuk mencari kerudung buat Ibu saya. Ketika itu adalah hari minggu dan tanggal muda, yang artinya orang sudah gajian dan dapat THR, jadi toko penuuh gitu. Banyak rombongan keluarga plus anak2 mau membeli baju lebaran.

Pemandangan manis yang saya perhatikan adalah orang2 terlihat bahagia. Saya tidak ingin memperdebatkan bahwa menurut Islam kita tidak disarankan untuk bermewah2, yang penting bersih dan layak. Saya lebih senang membicarakan kebahagiaan sederhana yang dimiliki dengan membeli baju baru, khususnya di ekspresi wajah para anak2. Sumpah itu mak nyeees di hati, lihat binar2 di wajah mereka. Dan wajah orangtua yg juga bahagia karena bisa menyenangkan anak2 mereka. Beautiful. Ah...saya mau bilang shut up orang2 nyinyir. You don't have any room in here.

Sekarang, dengan geliat mode busana muslim yang makin lama makin keren, orang pun makin memburu baju Muslim sebagai baju lebaran. Bahkan saking prospeknya, ada teman saya yang dulu selalu sinis sama orang berkerudung, dengan selalu mengomentari kekurangan personal mereka, dengan selalu mengatakan lebih baik menjilbabi hati daripada menjilbabi tubuh (padahal setahu saya hati bukan aurat, dan tujuan kerudung adalah untuk menutup aurat). Anyway...dia yang oportunis pun...kini ikut berbisnis busana Muslim. Hah! Semoga dia bukan cuma karena alasan ekonomis yaa...tapi juga dia dari hati sudah melihat beauty of busana muslim, jd sudah ngga sinis lagi. Sadar bahwa kekurangan personal seseorang adalah urusan dia dengan Tuhannya, bukan urusan orang lain. #lhakokkamujugasinisDewi? #oposihkokngomongsendiri

Lha...kok jadi ngomongin itu. Tadi mau ngomong apa ya? Oh iyaaa...baju lebaran. Jadi, karena busana muslim jadi favorit, termasuk untuk anak2, sebaiknya dicari yang bahannya nyaman, misal bahan katun atau kaos untuk anak2. Jangan asal cari yang model terkini dan gaya.

Untuk kaum pria, baju koko tidak pernah gagal bikin cowo2 nampak setingkat lebih soleh, jadi ya...menurut saya daripada pake baju distro + celana jeans, cowo2 mending pake baju koko + sarung/celana bahan ketika hari raya.

Untuk cewe2, pilihannya lebih banyak, mulai dari gamis, kaftan, sampai batik. Belum lagi bahannya, dari katun, kaos, jersey, sifon, brokat dst. Cuma menurut saya, being simple is better. Usahakan jangan gaya kaya mau manggung dangdut gitu. Yah....ga apa2 sih, tapi selera pribadi saya merasa kurang asik untuk momen hari raya.

Untuk papa mama muda yang lagi asik2nya mendandani keluarga kecil mereka, beli baju seragaman juga oke. Manfaat lainnya adalah ketika misal anaknya terpisah dengan orang tua, orang bisa sadar ini anak siapa berdasar seragamnya.

Whatever your style is, menurut saya urutan dasar pemilihan busananya sbb:
  1. Baju baru atau lama yang penting nyaman dipakai  (bahan, model, ukuran yang senyaman mungkin, ga membatasi gerak, juga sebaiknya nyaman di kantong)
  2. Tidak memaksakan selera diri, mintalah pendapat orang lain yang terpercaya supaya ngga "maman jawa" (mamantes maneh jaba ngewa) (terjemah: pantes kata diri sendiri tp jadinya malu2in)
  3. Sopan, sesuai dan menghormati acara (bukan t-shirt, atau gaya2 metal, kebanyakan blink2, dst). Maksudnya keep it as simple as possible tp bukan casual
  4. Everlasting style, biar ga mubazir, cari model bajunya yg bisa dipakai di acara lain selain hari raya. Juga jangan yang tipe one hit style (taun depan udah ga model lagi)
  5. Kalo baju/rok/celana ada sakunya lebih asik lagi (bisa buat nyakuin angpaw atau kue2).
That's all. Selamat menyambut lebaran shiny happy people!




No comments:

Post a Comment